MAKALAH PENGKAJIAN LEININGER
TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN
MENURUT
MADELEINE LEININGER
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah:
Teori dan Ilmu Keperawatan
Disusun Oleh :
Taufiq Fajar Setyawan (A11200834)
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
PRODI S1 KEPERAWATAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Anugerah-Nya sehingga penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan yang berjudul “Teori Dan Model Keperawatan Menurut Madeleine
Leininger”.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasa. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sebagai
bahan evaluasi dan perbaikan.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih
dan semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Gombong, 17 Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
……………………………………………………………….…..… i
DAFTAR ISI
…………………………….…………………………………………………. ii
BAB
I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ……………………………………..…………. 1
B.
Tujuan Penulisan ………………………………..…………….. 1
C.
Metode Penulisan Data
………………………………………… 1
D.
Sistematika Penulisan ………………………………………… 1
BAB
II : TINJAUAN TEORITIS
…………………………………................ 2
A.
Biografi Madeleine Leininger ..……………………..…………. 2
B.
Teori dan model konsep keperawatan
Transkultural ………....... 4
C.
Aplikasi Teori …………………..……………………………...... 11
BAB
III :
PENUTUP
A.
Kesimpulan …………………………………………….… 13
B.
Saran ……………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA …………………………………….…….…................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Teori adalah
sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan
yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari
fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara
langsung.Yang dimaksud teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan
atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan
sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan,dan model
konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan.
Berikut ini adalah ringkasan beberapa teori keperawatan yang perlu diketahui
oleh para perawat profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek
keperawatan yang didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan.
Dalam makalah
ini akan dibahas secara teoritis pendapat ahli tentang konsep keperawatan yaitu
Menurut Madeleine Leininger.
B.
Tujuan
Penulisan
Makalah ini dibuat oleh penulis
untuk :
a.
Memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Konsep Dasar Keperawatan
b.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
tentang Teori Dan Model Keperawatan Menurut Madeleine Leininger.
C.
Metode
Penulisan
Penulis
menggunakan metode kepustakaan di mana bahan dan materi didapat dari
perpustakaan, juga dengan menggunakan media internet.
D.
Sistematika
Penulisan
Bab I : Pendahuluan berisi tentang:
Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Batasan Masalah, Metode Penulisan dan
Sistematika Penulisan. Bab II: Tinjauan Teoritis berisi tentang: Teori Dan
Model Keperawatan Menurut Madeleine Leininger. Bab III: Penutup berisi tentang:
Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
TEORI DAN MODEL KONSEP KEPERAWATAN
MENURUT MADELEINE LEININGER
TEORI TRANSKULTURAL
A.
Biografi
Madeleine Leininger
Madeleine
lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan pertanian hidup
dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari
Tahun
1945, dia bersama saudarinya menjadi kadet di korps perawat dan mengambil
program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver. Hal yang juga mendorong
dia menjadi seorang perawat di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit
jantung bawaan, dia ingin membuat suatu perbedaan dalam kehidupan manusia,
khususnya di bidang perawatan.
Tahun
1948, menyelesaikan diploma keperawatan.
Tahun
1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan humaniora
dariBenedictine College di Atchison, Kansas. Membuka pelayanan keperawatan dan
program pendidikan jiwa di Creighton University di Omaha , Nebraska.
Tahun
1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari University chatolik of
America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan memulai program pendidikan
jiwa pertama di Amerika.
Tahun
antara 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur program pasca
sarjana di Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan buku tentang keperawatan
psikiatrik, di sebut Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, dalam sebelas bahasa dan
digunakan di seluruh dunia.
Tahun
1965, Madeleine menjadi perawat pertama mendapat gelar Ph.D dalam antropologi,
di Washington University. sebagai bagian dari proses beliau mencari
penyelesaian masalah tidak cukup adekuat intervensi kejiwaan tradisional
menjawab kebutuhan anak-anak dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Tahun
1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di University of
Colorado, di mana untuk pertama kalinya perawatan transkultural di perkenalakan
di dunia keperawatan.
Tahun
1969-1974, sebagai dekan,professor keperawatan dan dosen antropologi di University
Of Washington school of Nursing.
Tahun
1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah University dan membuka
program pertama untuk master dan doktoral transkultural keperawatan.
Tahun 1981,
professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne State University.
Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa penghargaan, antara lain :
–
Penghargaan bergengsi dari Presiden
dalam keunggulan dalam mengajar.
–
The Board of Governor’s Distinguished
Faculty Award.
–
Gershenson’s Research Fellowship Award.
–
Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women
in Science Award” oleh California State University.
Tahun
1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau menerbitkan teorinya
tentang perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan menciptakan istilah
“culturally congruent care’ sebagai tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan
dalam buku keanekaragaman budaya perawatan dan universal. Mengembangkan metode
Ethnonursing dan melakukan penelitian di lapangan dengan membaur hidup bersama
suku Gadsup di dataran tinggi Timur di New Guinea tentang perawatn
transkultural.
Sepanjang
karianya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori keperawatan mulai mengadakan
sertifikasi gelar perawatan transkultural dan telah mendirikan organisasi
organisasi professional termasuk perawatan transkultural Masyarakat pada tahun
1974, asosiasi perawatan manusia internasional pada tahun1978 dan menjabat
sebagai presiden secara penuh pertama dari American Association of Colleges of
Nursing. Mendirikan dan menjabat editor pertama dari Journal of Transkultural
Nursing pada tahun 1989-1995. Penghargaan terakhir yang di terima adalah
anugerah Lifetime Achievement Award untuk kualitatif metodologi.
Dr.
Madeleine Leininger adalah Guru besar yang terkenal di seluruh dunia, penulis,
pengembang teori, penelitidan pembicara publik. Menjadi professor dari sekitar
70 perguruan tinggi, menulis 25 buku dan menerbitkan lebih dari 220 artikel
yang sekarang bisa kita lihat sebagai arsip di Wayne State University digunakan
juga sebagai bahan penelitian.Memberikan lebih dari 850 kuliah umum di seluruh
dunia dan telah mengembangkan software sendiri untuk perawat. Bidang
keahliannya adalah keperawatan transkultural, perawatan manusia komparatif,
teori perawatan budaya, budaya di bidang keperawatan dan kesehatan, antropologi
dan masa depan dunia keperawatan. Magnificent Achievement.
B. Teori dan model konsep keperawatan
Transkultural
1. Pengertian
teori Transkultural
Teori ini berasal dari
disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M. leininger dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh
pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam
masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada
klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya
cultural shock.
Cultural shock akan
dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi
dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami
disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada
penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Transkultural Nursing
adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger,
2002).
Asumsi mendasar dari
teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan
Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai
dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh.
Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
2. Konsep
dalam Transkultural Nursing
Budaya adalah norma atau aturan tindakan
dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir,
bertindak dan mengambil keputusan. Nilai budaya adalah keinginan individu
atau tindakan yang lebih diinginkanatau sesuatu tindakan yang dipertahankan
pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan. Perbedaan budaya Dalam asuhan keperawatan
merupakan bentuk yangoptimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
Etnosentris, diantara budaya-budaya yang
dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang
menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik. Etnis, berkaitan dengan manusia dari ras
tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan
yang lazim. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia
didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. Etnografi, adalah ilmu yang mempelajari
budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat
untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap
individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan
orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
Care, adalah fenomena yang berhubungan
dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok
dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial
untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
Caring, adalah tindakan langsung yang
diarahkan untuk membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau
kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia.
Cultural Care, berkenaan dengan
kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang
digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga
atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan
hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
Culturtal imposition, berkenaan dengan
kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai
diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat
lebih tinggi daripada kelompok lain.
3. Paradigma
Transkultural Nursing
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan
transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995), yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan.
a.
Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau
kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna
untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984)
manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
b.
Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas
yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan
sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks
budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang
dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai
tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
c.
Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai
keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku
klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupandimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu :
fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau
diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat
dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena
tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan
struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
iwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
d.
Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan
latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu
sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
- Strategi I, Perlindungan/mempertahankan
budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien
tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien
sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya
budaya Berolah raga setiap pagi
- Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi
budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap
ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang
lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya
klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat
diganti dengan sumber protein hewani yang.
- Strategi III, Mengubah/mengganti budaya
klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan
bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya
merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.
Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.
4. Proses
keperawatan Transkultural.
Model konseptual yang dikembangkan
oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya
digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat
pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan
oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah
klien (Andrew andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari
mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya
klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen
yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
1) Faktor
agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan
pandangan yangamat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi
yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas
kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawatadalah : agama
yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit,
cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
2) Faktor
sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor
: namalengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis
kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga,
danhubungan klien dengan kepala keluarga.
3) Nilai-nilai
budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan
dan ditetapkanoleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada
penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan
jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
4) Faktor
kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku
adalah segalasesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada
tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat.
5) Faktor
ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan
sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya
dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan
antar anggota keluarga.
6) Faktor
pendidikan (educational factors)
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali. Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh
jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien
maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara
aktif mandiri.
b
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai
latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui
intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu
:
-
Gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan perbedaan kultur,
-
Gangguan interaksi sosial berhubungan
disorientasi sosiokultural dan
-
Ketidakpatuhan dalam pengobatan
berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
c
Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan
trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan.
Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan
adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
- Mempertahankan budaya yang dimiliki
klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,
-
Mengakomodasi budaya klien bila budaya
klien kurang menguntungkan kesehatan dan
-
Merubah budaya klien bila budaya yang
dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
1) Cultural
care preservation/maintenance
a) Identifikasi
perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi
b) Bersikap
tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
c) Mendiskusikan
kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
2) Cultural
care accomodation/negotiation
a) Gunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh klien
b) Libatkan
keluarga dalam perencanaan perawatan
c) Apabila
konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
3) Cultural
care repartening/reconstruction
a) Beri
kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya.
b) Tentukan
tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
c) Gunakan
pihak ketiga bila perlu.
d) Terjemahkan
terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh
klien dan keluarga..
e) Berikan
informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk
memahami budaya masing masing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya
budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul
rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien
akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
d
Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan
transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan
budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai
dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat
diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
C.
Aplikasi
Teori
Seorang
dokter muda berumur 28 tahun baru saja melahirkan anak pertamanya, di kamar
perawatan dia ditemani oleh suami dan keluarga termasuk mertuanya. Karena baru
selesai melahirkan, sang dokter tampaknya agak malas untuk menyusui bayinya
saat itu dan ingin tidur sebentar. Melihat hal tersebut ibu mertuanya berkata
tidak baik bagi seorang ibu yang baru melahirkan untuk bermalas-malasan dan
tidak segera menyusui bayinya, menurut ibu mertuanya nanti akan terbawa malas
untuk bekerja di kemudian hari.
Saat
yang bersamaan, seorang perawat ada di situ sedang memeriksa keadaan ibu dan
bayi tersebut, dia mengiyakan pendapat dari mertua dokter itu dengan
mengemukakan argumentasinya bahwa kontak pertama ibu dan anak adalah hal yang
sangat baik untuk perkembangan mental bayi nanti; semakin cepat bayi menyusui
akan merangsang produksi ASI ; semakin cepat bergerak akan lebih cepat ibu
mandiri merawat diri dan bayi.
Intervensi
dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih
mendukung peningkatan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori dan model konsep keperawatan menurut
Madeleine Leininger tentang penerapan asuhan keperawatan Transkultural dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Keperawatan transkultural adalah suatu
proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan
kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar
belakang budaya.
Pengkajian asuhan keperawatan dalam
konteks budaya sangat diperlukan untuk menjembatani perbedaan pengetahuan yang
dimiliki oleh perawat dengan klien.
Diagnosa keperawatan transkultural yang
ditegakkan dapat mengidentifikasi tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan
budaya yang sesuai dengan kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan
kesehatan atau bahkan mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan
dengan budaya baru.
Perencanaan dan pelaksanaan proses
keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien
sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang
dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural
melekat erat dengan perencanaan dan pelaksanaan proses asuhan keperawatan
transkultural.
B.
Saran
Kami sarankan
kepada rekan-rekan mahasiswa agar sungguh-sungguh mempelajari konsep-konsep
keperawatan dan selalu menambah pengetahuna untuk melengkapi pembahasan materi
pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
·
Alimul Hidayat, A. Azis. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar